BAB I : Pendahuluan
Mengembangkan
kemampuan mahasiswa dalam komunikasi dan bekerja sama bagi mahasiswa adalah
mutlak dilakukan, karena hal ini akan melatih berkembangnya kecerdasan
emosional mahasiswa. Menurut Book (dalam Cangara, 2002) kemampuan komunikasi
adalah proses simbolik yang menghendaki individu agar dapat mengatur lingkungan
dalam hubungan sosialnya melalui pertukaran informasi untuk mengubah sikap dan
tingkah laku orang lain. Sedangkan kerja sama adalah kegiatan yang di lakukan
bersama-sama dengan tujuan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat
(Tim Guru Eduka, 2010).
Mampu
berkominukasi dan bekerjasama adalah tiket sebuah kesuksesan jangka panjang
anda sebagai mahasiswa. Setiap orang yang berada dalam suatu lingkungan akan
saling berkomunikasi dan bekerjasama untuk mencapai sebuah tujuan bersama.
Dalam belajar di kampus mahasiswa tidak mungkin sendiri, selalu ada orang lain
yang anda butuhkan untuk meningkatkan kemampuan anda. Sebuah kerjasama yang
baik akan terwujud jika setiap anda mampu berkomunikasi secara efektif dalam
lingkungannya.
Bentuk
komunikasi dan kerjasama yang paling membantu perkembangan mahasiswa adalah
kerjasama dan komunikasi dengan teman satu kelas. Teman satu kelas ibarat
sebuah keluarga yang duduk dalam satu rumah, yang harus aling memotivasi dan
mengingatkan, sehingga terbentuk suasana kelas yang menyenangkan. Tidak boleh
ada mahasiswa egois yang merasa paling pintar di antara yang lain, saling
bermusuhan dan saling menjatuhkan. Pahamilah masing-masing teman anda,
jadikanlah mereka sebagai patner dalam kemajuan anda kedepan.
BAB II : Teori
- Pengertian komunikasi dan arti penting komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris
“communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa
Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata
communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu
usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi, Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini
yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada
pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals –in relationships,
group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to
the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang
melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan
masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan
secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa
cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?
Memang secara praktikal seperti itu, namun ada satu lagi yang sangat
mempengaruhi maksud penyampaian dan penerimaan pesan yaitu terkait dengan ego,
sinisme, sentimen dan berbagai perasaan terhadap lawan bicara. Di saat-saat
tertentu, ketika sedang berkomunikasi dengan seseorang yang sedang dibumbui
dengan perasaan seperti di atas, maksud apapun yang kita jelaskan terkadang tak
akan sampai ke dia. Ya, saat emosi negatif di atas logika, fikiran jernih
selalu dikesampingkan terlebih dahulu.
2.
Jenis dan Proses Komunikasi
a. Jenis
komunikasi
Didalam organisasi sangat membutuhkan komunikasi. Adapun jenis- jenis
komunikasi dalam organisasai antara lain :
v Komunikasi formal vs informal
Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti rantai komando yang
dicapai oleh hirarki wewenang. Komunikasi informal adalah komunikasi yang
terjadi diluar dan tidak tergantung pada herarki wewenang. Komunikasi informal
ini timbul karena adanya berbagai maksud, yaitu
- Pemuasan kebutuhan manusiawi,
- Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan,
- Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
- Sumber informasi hubungan pekerjaan.
Jenis lain dari komunikasi informasi adalah adalah dasas-desusyang
secara resmi tidak setuju. Desas-desus ini juga mempunyai peranan fungsional
sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi.
v Komunikasi ke bawah vs komunikasi ke atas vs komunikasi lateral
Komunikasi kebawah mengalir dari peringkat atas ke bawah dalam herarki.
Komunikasi ke atas adalah berita yang mengalir darin peringkat bawah ke atas
atas suatu organisasi. Komunikasi lateral adalah sejajar antara mereka yang
berada tingkat satu wewenang.
v Komunikasi
satu arah dan dua arah
Komunikasi satu arah, pengirim berita berkomunikasi tanpa meminta umpan
balik, sedangkan komunikasi dua arah adalah penerima dapat dan memberi umpan
balik.
Bagaimanapun juga keefektifan komunikasi organisasi dipengaruhi beberapa
factor diantaranya :
·
Saluran komunikasi formal
·
Sruktur wewenang
Dalam organisasi dimana perbedaan stasus dan kekuasaan akan mempengaruhi
isi komunikasi.
·
Spesialis jabatan
Anggota organisasi yang sama akan menggunakan istilah-istilah, tujuan,
tugas, waktu, dan gaya yang sama dalam berkomonikasi.
·
Pemilikan informasi
Berarti individu memunyai informasi dan pengetahuan yang khas mengenai
tugasnya.
Dari pengamatan yang ada, bentuk-bentuk jaringan komunikasi dikelompokan
ke dalam beberapa bentuk diantaranya bentuk lingkaran, diagonal, lateral,
rantai, huruf Y, dan bintang.
b.
Proses komunikasi
Contoh model komunikasi yang sederhana digambarkan dibawah ini :
Jika salah satu elemen komunikasi tidak ada maka komunikasi tidak
akan berjalan. Ada komponen-komponen dalam komunikasi antara lain :
Pengirim(Sender=Sumber) adalah seseorang yang
mempunyai kebutuhan atau informasi serta mempunyai kepentinga mengkomunikasikan
kepada orang lain.
Pengkodean (Encoding) adalah pengirim mengkodean
informasi yang akan disampaikan ke dalam symbol atau isyarat.
Pesan (Massage), pesan dapat dalam segala
bentuk biasanya dapat dirasakan atau dimengerti satu atau lebih dari indra
penerima.
Saluran
(Chanel) adalah cara mentrasmisikan pesan, misal kertas untuk
surat, udara untuk kata-kata yang diucapkan.
Penerima (Recaiver) adalah orang yang menafsirkan
pesan penerima, jika pesan tidak disampaikan kepada penerima maka komunikasi
tidak akan terjadi.
Penafsiran kode (Decoding) adalah proses dimana penerima
menafsirkan pesan dan menterjemahkan menjadi informasi yang berarti baginya.
Jika semakin tepat penafsiran penerima terhadap pesan yang dimaksudkan oleh
penerima, Maka semakin efektif komunikasi yang terjadi.
Umpan
balik (Feedback) adalah pembalikan dari proses komunikasi dimana
reaksi kominikasi pengirim dinyatakan.
3.
Komunikasi Efektif
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara
komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai
dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek
yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu :
a. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan
mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh
komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan
kebenaran informasi yang disampaikan.
c. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa
bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan
lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau
sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga
berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus
menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam
penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan
persepsi
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi
efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian
yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication
is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi
beberapa syarat :
a. menciptakan suasana
komunikasi yang menguntungkan
b. menggunakan bahasa yang
mudah ditangkap dan dimengerti
c. pesan yang disampaikan dapat
menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d. pesan dapat menggugah
kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e. pesan dapat menumbuhkan
suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika
pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami,
serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh mahasiswa. Komunikasi efektif
dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi
yang harus dimiliki oleh seorang dosen. Komunikasi antar pribadi merupakan
komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu.
Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara keduabelah pihak
terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung
efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi
antar pribadi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan
suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan
peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini
sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang
memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas
yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar
dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam
melakukan komunikasi ini.
Sokolove dan Sadker seperti dikutip IGAK Wardani dalam bukunya membagi
keterampilan antar pribadi dalam pembelajaran menjadi tiga kelompok, yaitu :
a.
Kemampuan untuk Mengungkapkan
Perasaan Mahasiswa.
Kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif dalam
proses belajar mengajar, yang memungkinkan peserta didik mau mengungkapkan
perasaan atau masalah yang dihadapinya tanpa merasa dipaksa atau dipojokkan.
Iklim semacam ini dapat ditumbuhkan oleh dosen dengan dua cara, yaitu
menunjukkan sikap memperhatikan dan mendengarkan dengan aktif. Untuk
menumbuhkan iklim semacam ini, pendidik harus bersikap: 1) memberi dorongan
positif; 2) bertanya yang tidak memojokkan; dan 3) fleksibel.
b. Kemampuan Menjelaskan Perasaan yang Diungkapkan Mahasiswa.
Apabila mahasiswa telah bebas mengungkapkan problem yang dihadapinya,
selanjutnya tugas dosen adalah membantu mengklarifikasi ungkapan perasaan
mereka tersebut. Untuk kepentingan ini, dosen perlu menguasai dua jenis
keterampilan, yaitu merefleksikan dan mengajukan pertanyaan inventori.
Pertanyaan inventori adalah pertanyaan yang menyebabkan orang melacak pikiran,
perasaan, dan perbuatannya sendiri, serta menilai kefektifan dari perbuatan
tersebut. Pertanyaan inventori dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu
pertanyaan yang menuntut mahasiswa untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya,
pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan,
pikiran, dan perbuatannya, dan pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk
mengidentifikasi konsekuensi/akibat dari perasaan, pikiran, dan perbuatannya.
Agar dapat merefleksikan ungkapan perasaan peserta didik secara efektif,
pengajar perlu mengingat hal-hal berikut :
1) Hindari prasangka terhadap
pembicara atau topik yang dibicarakan.
2) Perhatikan dengan cermat
semua pesan verbal maupun nonoverbal dari pembicara.
3) Lihat, dengarkan, dan rekam
dalam hati, kata-kata/perilaku khas yang diperlihatkan pembicara.
4) Bedakan/simpulkan
kata-kata/pesan yang bersifat emosional.
5) Beri tanggapan dengan cara
memparaphrase kata-kata yang diucapkan, menggambarkan perilaku khusus yang
diperlihatkan, dan tanggapan mengenai kedua hal tersebut.
6) Jaga nada suara, jangan
sampai berteriak, menghakimi, atau seperti memusuhi.
7) Meminta klarifikasi terhadap
pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan.
c. Mendorong Mahasiswa untuk Memilih Perilaku Alternatif.
Untuk keperluan ini, dosen harus memiliki kemampuan :
1) Mencari/mengembangkan
berbagai perilaku alternatif yang sesuai.
2) Melatih perilaku alternatif
serta merasakan apa yang dihayati mahasiswa dengan perilaku tersebut.
3) Menerima balikan dari orang
lain tentang keefektifan setiap perilaku alternatif.
4) Meramalkan konsekuensi jangka
pendek dan jangka panjang dari setiap perilaku alternatif.
5) Memilih perilaku alternatif
yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi mahasiswa.
4.
Implikasi Manajerial
Menurut kamus besar Bahasa
Indonesia, kata implikasi berarti akibat. Kata implikasi sendiri dapat merujuk
ke beberapa aspek yaitu salah satunya adalah manajerial atau manajemen. Di
dalam Manajemen sendiri, Implikasi dibagi menjadi 2 :
1. Implikasi procedural, yakni
seperti tata cara analisis, perencanaan kerja, formulasi kebijakan dan pilihan
representasi.
2. Implikasi kebijakan, seperti
sifat substantive, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.
BAB III : Analisis
Komunikasi itu penting, semua orang tahu, karena ini merupakan basic
instinct dari setiap makhluk hidup. Setiap makhluk punya cara komunikasi masing-masing,
setiap manusia pun tak lepas dari cara dia melakukan komunikasi. Kita tak bisa
membeda-bedakan bahasa, suku, adat, kebiasaan, tradisi maupun agama karena pada
dasarnya berkomunikasi, menyampaikan pesan itu asal dilakukan dengan baik dan
benar, serta dalam keadaan saling terbuka, fikiran jernih tanpa sentimen dan
perasaan negatif, pasti maksud yang ingin disampaikan dapat diterima.
Komunikasi juga bukan cuma terkait dengan bagaimana cara menggunakan bahasa tapi sangat
terkait juga dalam menyampaikan pesan dalam bentuk yang lainnya seperti tatapan
mata, gesture tubuh, serta mungkin intonasi.
Komunikasi dan interaksi di dalam kelas dan di luar kelas sangat
menentukan efektivitas dan mutu pendidikan. Dosen yang menjelaskan, mahasiswa
yang bertanya; berbicara dan mendengarkan yang terjadi silih berganti, semuanya
itu merupakan bagian dari pendidikan yang penting serta berlaku dalam kehidupan
yang sejahtera. Bertanya pun harus jelas serta menggunakan bahasa yang baik dan
benar, supaya diperoleh jawaban yang baik dan benar pula. Mereka yang pandai
mendengarkan sangatlah beruntung karena dapat belajar dan mendapatkan
informasi lebih banyak. Mahasiswa hendaknya didorong untuk bertanya tentang
sesuatu yang belum jelas atau masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Dengan
demikian dosen dipacu untuk senantiasa mengikuti perkembangan dan mahasiswa
memahami semua materi yang dibahas. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa mutu
pendidikan sangat tergantung dari partisipasi dan kontribusi dari semua yang
terlibat. Hal tersebut sangat menarik karena baik dosen maupun mahasiswa senang
dan merasa perlu datang kuliah. Secara tidak langsung dosen akan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi serta dapat membaca pikiran atau gagasan mahasiswa (the
unborn ideas) serta membantu mahasiswa mengungkapkan pikiran dan gagasannya
tersebut.
Dan komunikasi
yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran
informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut
sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika
dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan
mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur
pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan
komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan
memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media,
serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
BAB IV : Referensi
·
www.id.wikipedia.org/wiki/Teori_komunikasi
·
www.id.wikipedia.org/wiki/Implikasi
·
www.sibikamaroo.blogspot.com/2014/03/komunikasi.html
·
www.room1028.blogspot.com/2013/06/komunikasi.html